Indikasi
Tuberkulosis,
dalam kombinasi dengan obat lain. Infeksi M. Leprae. Profilaksis
meningitis meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae.
Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi
staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral ( Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral)
Terapi Tuberkulosis
Catatan
: Regimen empat obat ( isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB
Bayi dan anak-anak < 12 tahun
Terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 – 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Dewasa
Terapi harian : 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua
kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg (maksimal
600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid :
Anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan
Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan
Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use)
Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis
Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari
Leprosy (unlabeled use) : dewasa :
Multibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin
Paucibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 6 bulan dalam kombinasi dengan dapson
Lesi tunggal : 600 mg sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg
Profilaksis meningitis meningococcal.
Bayi , 1 bulan : 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari
Bayi = 1 bulan dan anak-anak : 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600 mg/dosis)
Dewasa : 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari
Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use):
Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 – 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain
Dewasa : 600 mg/hari selama 5 – 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain
Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan hepar : penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas
Hemodialysis
atau peritoneal dialysis : konsentreasi plasma rifampisin tidak
signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal
Farmakologi
Durasi : < 24 jam
Absorbsi
: Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan
penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak
Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik
Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi
CSF : inflamasi meninges : 25%
Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik
Ikatan protein : 80%
T½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam
Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
Stabilitas Penyimpanan
Serbuk
rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial yang utuh harus disimpan
pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan.
Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan
dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh :
100 ml D5W). Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada
suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar
(25°C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan
dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
Efek Samping
Gangguan
saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan
terjadi kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala,
drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten
termasuk gelala mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness,
nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps
dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia
purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing,
urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular
weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal
necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan
menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna
orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus
pada periode yang lama.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Efek
Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi
CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4
(kuat).
Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat
meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan
isoniazid pyrazinamide atau protease inhibitor (amprenavir
saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas;
antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.
Menurunkan
efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut:
asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker
(irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol,
aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui
oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker,
kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6,
2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion,
fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin,
nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton,
ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin
dan zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan
progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase
inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease,
quinidin, repaglinid, inhibitor reverse transkriptase (non-nucleoside),
sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide,
antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek
rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4 (seperti :
aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan
fenitoin)
- Dengan Makanan : Makanan
menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika
digunakan bersama dengan makanan. Hindari ethanol (dapat meningkatkan
resiko hepatotoksisitas) St. John’s wort dapat menurunkan kadar
rifampisin
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Penggunaan
obat pada trimester 1 (pertama): Produsen menyatakan studi pada
binatang menunjukkan adanya teratogenik pada dosis tinggi. Penggunaan
obat pada trimester 3 (tiga): Resiko terjadinya perdarahan pada
neonatal dapat meningkat, Faktor risiko : C
- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sejumlah kecil saja berada pada air susu. Masuk dalam air susu ibu / tidak direkomendasikan (AAP rates “compatible”)
- Terhadap Anak-anak : -
- Terhadap Hasil Laboratorium : Interaksi
rifampicin dengan tes laboratorium : reaksi Coombs positif,
rifampicin mengganggu pemeriksaan standar serum folat dan vitamin
B12, meningkatkan LFTs dan menurunkan ekskresi billiari dari contrast
media
Parameter Monitoring
Fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC, hepatic status dan mental status, kultur sputum, x-ray dada
Bentuk Sediaan
Kapsul, Kaptab, Sirup
Peringatan
Kerusakan
hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan
hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang
lama); kerusakan ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari);
kehamilan dan menyusui; porfiria; Penting : pasien yang menggunakan
hormon kontrasepsi disarankan untuk menggantinya dengan alternatif
kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi
tidak efektif akibat adanya interaksi obat.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Jumlah
dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor,
seperti kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai
pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekwensi pemakaian obat
tanyakan pada dokter atau apoteker. Obat ini menyebabkan warna merah
pada urin, keringat, saliva dan air mata. Obat ini juga dapat
menimbulkan noda permanen pada lensa kontak. Mempengaruhi efektifitas
kontrasepsi oral, gunakan metoda KB yang lain. Rifampisin harus
digunakan pada saat lambung kosong, gunakan 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan dengan segelas air. Gunakan obat ini sedikitnya 1 jam
sebelum menggunakan antasida. Segera memeriksakan diri ke dokter bila
timbul demam, hilang nafsu makan, tidak enak badan, mual, muntah, urin
berwarna gelap, perubahan warna kulit dan mata menjadi kekuningan
atau nyeri atau bengkak pada persendian. Pasien harus menggunakan obat
hingga habis. Jangan sampai terdapat dosis yang terlewat. Jangan
menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan,
kecuali atas anjuran dokter. Jangan menggunakan OTC atau obat resep
yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat. Jika pasien lupa
minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat
beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan
minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan .
Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter
atau apoteker. Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang mendapat
resep. Jangan diberikan pada orang lain.
Mekanisme Aksi
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA
Monitoring Penggunaan Obat
Periodik
(sebelum pengobatan dan tiap 2 – 4 minggu selama terapi) monitoring
fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC; status fungsi hati dan mental
, kultur sputum, x-ray dada 2 – 3 bulan pengobatan
|